Cara Cerdas Mahasiswa Belajar Agama dari Sisi Arsitektur

Inilah ulasan Cara Cerdas Mahasiswa Belajar Agama dari Sisi Arsitektur - Laboratorium Agama dan Budaya Lokal (Label) UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta kembali menggelar diskusi rutin untuk mahasiswa. Kali ini, diskusi yang dilaksanakan pada Selasa (27/1/2015) di ruang Smart Room Fakultas Ushuluddin mengangkat tema Understanding Cultural dan Religous Heritage in Indonesi.


Penanggung jawab acara sekaligus Koordinator Kajian Ilmiah UIN, Muryana, menjelaskan diskusi bertujuan mengenalkan mahasiswa terhadap cara-cara memahami agama. Agama tidak hanya dipelajari melalui dakwah tetapi juga melalui bidang arsitek.

Konteks Agama Budaya Di Mata Para Mahasiswa

“Konteks agama budaya ternyata menyimpan value yang dapat dicapai sehingga belajar agama tidak lepas dari kehidupan sosial dan budaya,” kata Muryana kepada Harianjogja.com.

Melalui diskusi yang dibawakan dua narasumber, Djoko Wijono dari Pusat Pariwisata (Puspar) UGM dan Ustadi Hamsah dari Perbandingan Agama UIN, dijelaskan selama ini masyarakat hanya mengenal cultural heritage. Bangunan berunsur kebudayaan menjadi aset yang harus dijaga pelestariannya. Namun sebenarnya bangunan bermuatan agama pun juga mengandung nilai heritage bagi negara.

“Kita kenalkan religius haritage di Indonesia. Situs agama tidak hanya untuk wisata, tidak untuk komoditas tetapi juga untuk edukasi,” tegas Muryana.

Sementara itu, Djoko Wijono mengatakan arsitek Indonesia saat ini masih banyak berkiblat pada arsitektur barat. Padahal Indonesia juga memiliki konsep dalam tata arsitek, seperti konsep Saged yang digunakan dalam pembangunan arsitektur kota di Jawa.

“Arsitektur berhubungan dengan budaya. Dalam budaya sendiri masih memiliki subsistem di antaranya tata nilai, perilaku dan tata fisik. Ketiganya saling berhubungan dalam membentuk sebuah bangunan,” kata Djoko.

Menambahkan, Ustadi menyampaikan bahwa bangunan yang menjadi religius heritage dapat ditemui di daerah Magelang, yaitu Candi Borobudur. Ia mengatakan bahwa masing-masing agama memiliki budaya yang berbeda-beda.

“Saat kita lihat Candi Borobudur yang berlatar Buddha tentu beda dengan Candi Prambanan yang dari Hindu. Tidak ada stupanya,” katanya. Di situlah tiga subsistem berlaku. Peradaban dapat melahirkan budaya dan pada akhirnya budaya melahirkan arsitek.

Komentar